Portal Dunia Esports Schedule 1, Bintang Baru Di dunia game yang penuh inovasi, Schedule 1 muncul bak meteor. Game ini langsung menjadi viral setelah di rilis dalam fase early access pada 25 Maret 2025. Dengan gameplay yang intens dan visual yang menggoda, Schedule 1 memikat hati lebih dari 130.000 pemain dalam dua hari pertama. Tak hanya itu, Schedule 1, Bintang Baru game ini berhasil meraih rating “Overwhelmingly Positive” di platform Steam dan telah terjual hampir 3 juta kopi hanya dalam waktu kurang dari dua minggu.1
Namun, di balik euforia tersebut, Schedule 1, Bintang Baru muncul bayang-bayang tuduhan yang cukup serius. Studio asal Polandia, Movie Games S.A., yang di kenal lewat seri Drug Dealer Simulator, melayangkan tudingan adanya plagiarisme terhadap game viral ini.
Kesuksesan Melesat Schedule 1
Keberhasilan Schedule 1 tidak bisa dipandang sebelah mata. Dalam waktu singkat, game ini berhasil melampaui jumlah pemain aktif harian dari game AAA seperti The Witcher 3. Dengan desain gameplay yang adiktif dan alur cerita yang memikat, banyak pemain menyebut game ini sebagai “kombinasi sempurna antara realisme dan ketegangan dalam simulasi kriminal.”
- Beberapa faktor yang menjadi daya tarik Schedule 1:
- Mekanisme crafting dan trading yang sangat mendalam
- Desain kota virtual yang kompleks dan hidup
- Fitur kustomisasi karakter yang sangat detail
- Sistem reputasi dan strategi distribusi yang berlapis
Sayangnya, kesamaan fitur inilah yang kemudian menjadi sorotan tajam dalam tudingan pelanggaran hak kekayaan intelektual.
Tuduhan Plagiarisme: Suara dari Movie Games S.A.
Melalui laporan yang di rilis oleh Polish Press Agency, Movie Games S.A. menyatakan bahwa terdapat kemiripan signifikan antara Schedule 1 dan Drug Dealer Simulator. Berikut adalah elemen-elemen yang di permasalahkan:
- Plot dan Narasi
Schedule 1 di anggap memiliki narasi yang terlalu mirip, terutama dari segi premis dasar: pemain memulai sebagai kriminal kecil dan berkembang menjadi penguasa jaringan distribusi ilegal. Alur perkembangan karakter serta struktur misi juga di nilai menyerupai Drug Dealer Simulator. - Mekanisme Gameplay
Sistem crafting bahan dan proses penjualan yang di terapkan dalam Schedule 1 hampir identik dengan sistem di Drug Dealer Simulator. Bahkan beberapa pemain mengunggah perbandingan di komunitas gaming, menunjukkan kemiripan antarmuka crafting dan inventory management. - User Interface (UI)
UI dari Schedule 1 di sebut memiliki tata letak, warna, serta ikon yang nyaris serupa dengan game dari Movie Games S.A. Ini menjadi salah satu titik fokus dari investigasi hukum, karena desain UI termasuk dalam kategori yang bisa di lindungi secara hukum di beberapa negara.
Langkah Hukum dan Reaksi Studio
Movie Games S.A. kini menggandeng ahli hukum yang memahami sistem hukum Australia, mengingat developer dari Schedule 1—TVGS—berbasis di negara tersebut. Dalam pernyataan resminya, mereka menyebutkan:
- “Kami sedang melakukan evaluasi menyeluruh terhadap semua elemen yang kami anggap melanggar. Tidak menutup kemungkinan akan ada langkah litigasi jika pelanggaran terbukti secara hukum.”
- Sementara itu, TVGS hingga artikel ini di terbitkan, belum memberikan tanggapan resmi terkait tuduhan tersebut.
Komunitas Terbelah: Antara Dukungan dan Kritik
Reaksi komunitas gamer atas kasus ini cukup kompleks. Di satu sisi, Schedule 1 mendapat gelombang dukungan dari para pemain yang menganggap game tersebut menawarkan pengalaman baru. Di sisi lain, muncul review bombing terhadap Drug Dealer Simulator di Steam sebagai bentuk protes terhadap tuduhan yang di nilai “tidak berdasar”.
Beberapa komentar dari komunitas:
- “Schedule 1 memang punya vibe mirip, tapi mekaniknya lebih modern dan fresh.”
- “Kalau memang plagiat, harus di buktikan secara hukum, bukan lewat opini.”
- “UI mirip bukan berarti plagiat, bisa jadi inspirasi. Banyak game battle royale juga mirip tapi tak saling tuntut.”
- Fenomena ini memperlihatkan bagaimana sebuah game bisa menjadi titik konflik antara kreativitas dan hak cipta.
Inspirasi vs Plagiarisme: Garis Tipis di Industri Game
Pertanyaan utama yang muncul dari kasus ini adalah: kapan inspirasi berubah menjadi plagiarisme?
Dalam dunia pengembangan game, wajar jika ada elemen yang saling menginspirasi. Namun, ketika kesamaan sudah mencakup sistem inti gameplay, alur cerita, hingga tampilan visual, maka batas antara inspirasi dan pelanggaran hukum bisa menjadi kabur.
- Beberapa pakar menyatakan bahwa:
- Jika sebuah game meniru mekanik tanpa modifikasi berarti, bisa di kategorikan sebagai pelanggaran.
- Desain UI yang unik bisa di lindungi secara hukum, tergantung yurisdiksi.
- Namun, genre atau tema umum (misalnya simulasi kriminal) tidak bisa di klaim eksklusif.
Apa yang Mungkin Terjadi Selanjutnya?
Jika investigasi membuktikan adanya pelanggaran hak kekayaan intelektual, beberapa kemungkinan yang bisa terjadi:
- Pencabutan Izin Penjualan: Schedule 1 bisa di tarik dari platform di stribusi seperti Steam.
- Gugatan Perdata: Movie Games S.A. bisa mengajukan tuntutan ganti rugi.
- Perdamaian Komersial: Kedua pihak bisa menyepakati kompensasi atau kolaborasi di masa depan.
- Namun, jika tidak di temukan bukti kuat, kasus ini akan menjadi preseden penting dalam menentukan batas hukum inspirasi di industri kreatif.
Kesimpulan: Menanti Titik Terang
Schedule 1 adalah contoh nyata bagaimana sebuah game bisa mencuri perhatian global dalam waktu singkat. Namun, dengan tuduhan plagiarisme yang kini mencuat, nasib game ini berada di ujung tanduk.
Kasus ini bukan hanya soal legalitas, tapi juga menyangkut etika dalam dunia pengembangan game. Industri kreatif membutuhkan ruang untuk berekspresi, namun juga harus menghormati karya yang telah ada sebelumnya.
Apakah Schedule 1 akan terus berjaya atau tersandung masalah hukum? Kita nantikan perkembangan selanjutnya.
baca juga. Potensi Tambahan Upgrade di Masa Depan