Portal Dunia Esports demo teknologi AI Quake 2, salah satu ikon game FPS klasik dari id Software, kini kembali di bicarakan. Namun bukan karena versi remaster atau rilis ulangnya, melainkan karena pendekatan teknologi baru dari Microsoft yang menuai banyak kritik. Perusahaan teknologi raksasa ini baru saja merilis demo teknologi AI generatif untuk Quake 2, sebagai bagian dari eksperimen Muse, model AI terbarunya.1
Tujuan dari demo ini cukup ambisius – menggunakan AI generatif untuk menghidupkan kembali game klasik dan menciptakan pengalaman bermain baru yang sepenuhnya di buat oleh kecerdasan buatan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya: hasil akhir dari eksperimen ini malah di anggap sebagai cara terburuk untuk memainkan game FPS klasik.
Apa Itu Muse dan WHAM?
Muse adalah model AI generatif dari Microsoft yang di perkenalkan pada Februari lalu. Salah satu fitur unggulannya adalah WHAM (World and Human Action Model), yang mampu menghasilkan aksi dan visual dalam game secara real-time. WHAM ini bisa secara otomatis menetapkan aksi kontroler dan menampilkan lingkungan visual tanpa campur tangan manual dari developer manusia.
Melalui Muse, Microsoft ingin mengeksplorasi potensi AI dalam merekonstruksi dan melestarikan game klasik, sekaligus mencari cara baru untuk berinteraksi dengan pengalaman bermain lama.
Demo AI Quake 2: Lebih Banyak Kekurangan daripada Inovasi
Sayangnya, demo AI Quake 2 ini justru memunculkan lebih banyak kekurangan di banding keunggulan. Meski Microsoft menekankan bahwa ini hanyalah proyek penelitian, reaksi komunitas gamer—terutama penggemar Quake—cenderung negatif.
Berikut adalah beberapa kekurangan yang paling banyak di sorot:
1. Desain Level yang Kacau dan Tak Konsisten
Dalam demo ini, AI tidak mampu mempertahankan struktur level dengan baik. Saat pemain menoleh ke arah berbeda, peta bisa berubah secara drastis, menghancurkan konsep desain map yang harusnya solid dan terstruktur.
2. Objek yang Menghilang dan Tak Konsisten
Salah satu masalah teknis terbesar dari demo ini adalah ketidakmampuan AI untuk menyimpan objek secara permanen dalam memori. Objek yang keluar dari pandangan langsung menghilang, membuat pengalaman bermain terasa seperti mimpi yang terus berganti.
3. Musuh yang Muncul dan Menghilang Secara Aneh
Alih-alih menghadirkan tantangan khas game FPS klasik, musuh dalam demo ini bisa di akali hanya dengan melihat ke lantai atau langit, yang akan memicu teleportasi aneh atau bahkan menghilangkan mereka sepenuhnya.
Respon Komunitas: Kekecewaan yang Luas
Reaksi terhadap demo ini, terutama di forum seperti Reddit, sangat keras. Banyak yang menyebutnya sebagai eksperimen gagal, bahkan menjulukinya sebagai “sampah digital”. Pengguna Reddit ‘Synthfreak1224’ menyatakan bahwa demo ini adalah “versi paling tidak menyenangkan dari Quake yang pernah saya coba.” Sementara itu, ‘CrimFandago’ berpendapat bahwa ini adalah contoh buruk bagaimana AI bisa merusak nilai artistik dan kreatif dari game.
Tidak hanya komunitas gamer biasa yang kecewa, bahkan Geoff Keighley, host The Game Awards, menyoroti demo ini di Twitter/X, yang mendapat respons negatif besar-besaran.
Apa Kata Microsoft?
Menanggapi kontroversi ini, Microsoft menjelaskan bahwa keterbatasan AI saat ini masih sangat besar. Salah satu pengakuan mereka adalah bahwa model Muse hanya memiliki konteks sekitar 0,9 detik, artinya AI tidak bisa “mengingat” apa yang baru saja terjadi lebih dari satu detik lalu.
Microsoft pun mencoba meredam kritik dengan mengatakan bahwa demo ini bukanlah replika dari game asli, melainkan eksplorasi awal terhadap kemungkinan pemanfaatan AI dalam dunia gaming.
AI dalam Game: Potensi Besar, Tapi Belum Siap
Meski teknologi AI generatif punya potensi untuk merevolusi dunia gaming—dari penciptaan karakter hingga dunia dalam game—demo ini menunjukkan bahwa kita masih sangat jauh dari penerapan yang memuaskan. Terutama ketika menyangkut game klasik dengan warisan kuat, eksperimen yang terasa setengah matang justru bisa memperburuk reputasi AI itu sendiri.
Para gamer sejati menginginkan pengalaman yang autentik, penuh detail, dan di hormati oleh para pengembang. Dengan demo seperti ini, AI justru terlihat sebagai shortcut malas daripada alat bantu yang memperkuat kreativitas manusia.
Alternatif Lebih Baik: Mainkan Versi Remaster Resmi
Jika kamu ingin benar-benar merasakan Quake 2 dalam bentuk terbaiknya, versi remaster resmi dari id Software dan Nightdive Studios bisa jadi pilihan. Remaster ini hadir dengan grafik modern, gameplay yang setia dengan versi aslinya, dan tambahan konten yang tetap mempertahankan nuansa nostalgia.
Kesimpulan: Bukan Cara Terbaik Menghidupkan Kembali Nostalgia
Demo AI Quake 2 ini adalah peringatan bahwa teknologi, meski menjanjikan, tidak selalu menjadi solusi yang lebih baik. Dalam hal game klasik, ada nilai historis, desain, dan emosi yang tidak bisa digantikan begitu saja oleh algoritma. Teknologi harusnya memperkaya, bukan merusak pengalaman bermain.
Quake 2 layak dikenang sebagai salah satu pionir FPS, bukan sebagai bahan eksperimen yang menghilangkan rohnya. Semoga Microsoft dan pengembang lain belajar dari reaksi ini: bahwa AI harus digunakan dengan hati-hati, terutama dalam menyentuh warisan budaya digital seperti game legendaris.
Ingin Ikut Diskusi Lebih Lanjut?
Bergabunglah dengan komunitas kami di Google News dan ikuti update seputar dunia game, teknologi, dan AI terbaru. Kamu juga bisa bertukar opini dengan sesama gamer di server komunitas kami!
baca juga. Patch VALORANT 10.08 Hadirkan Sunset ke Pool Kompetitif, Gantikan Fracture yang Tak Populer