League of Legends Keluh Kesah menjadi Content Creator: Enggak Semanis yang Kamu Kira

League of Legends
Spread the love

League of Legends (LoL) mungkin bukan game yang paling populer di Indonesia, tetapi di berbagai belahan dunia seperti Korea Selatan, Tiongkok, Amerika, dan Eropa, game ini memiliki komunitas yang sangat besar. Bahkan menurut data dari Esports Charts, memiliki basis pemain yang luas serta turnamen yang paling banyak di tonton di dunia esports.1

Namun, berkarier sebagai content creator untuk League of Legends (LOL) di Indonesia bukanlah perkara mudah.

Perjuangan Content Creator LoL di Indonesia

Jumlah views dan subscribers-nya tidak mengalami lonjakan signifikan, membuat perjalanan kariernya penuh dengan tantangan.

Minimnya Rekognisi League of Legends di Indonesia

Salah satu alasan utama sulitnya berkembang sebagai content creator adalah kurangnya popularitas game ini di Indonesia. Riot Games, sebagai pengembang LoL, memang memiliki reputasi besar secara global, tetapi di Indonesia game ini hanya mendapatkan sedikit perhatian di bandingkan dengan game lain yang lebih populer di skena esports lokal.

Hal ini menyebabkan peluang bagi kreator konten LoL untuk berkembang menjadi sangat terbatas.

Dampak Positif Arcane bagi League of Legends di Indonesia

Meskipun demikian, hadirnya serial animasi Arcane di Netflix sempat memberikan angin segar bagi komunitas di Indonesia. Serial ini menarik perhatian banyak orang yang sebelumnya tidak mengenal LoL, memberikan sedikit peningkatan dalam eksposur game ini di pasar lokal.

Clodi sendiri memanfaatkan momen ini dengan menyewa booth di event Comifuro, sebuah acara pop culture besar di Indonesia. Ia mengeluarkan biaya produksi hingga belasan juta rupiah untuk menjual merchandise League of Legends di sana. Namun, meskipun usahanya besar, dampaknya terhadap komunitas di Indonesia tetap terbatas.

Dedikasi Sejati: Antara Passion dan Realitas

Dalam perjalanannya sebagai content creator, Clodi menyadari bahwa mengejar ketenaran atau uang di League of Legends bukanlah jalan yang mudah. Jika hanya mengejar popularitas, ia mungkin sudah berpindah ke game lain yang lebih ramai komunitasnya. Namun, baginya, menciptakan konten untuk game yang ia sukai adalah hal yang lebih penting.

Ia merasa puas ketika orang-orang langsung mengingat namanya saat membicarakan cosplayer League of Legends di Indonesia. Meski jumlah penonton live stream-nya berkisar antara 5 hingga 20 orang, ia tetap merasa bahagia bisa berbagi kesenangannya bermain LoL, meskipun di rinya tidak termasuk pemain profesional.

Clodi juga tidak memperdulikan anggapan negatif yang muncul tentang di rinya. Ia hanya ingin berkarya di game yang ia cintai, tanpa terpengaruh oleh pendapat orang lain.

Pelajaran dari Kisah Clodi

Kisah Clodi adalah contoh nyata bahwa passion dan idealisme bisa menjadi bahan bakar utama dalam menjalani profesi sebagai content creator. Ia bukan hanya seorang cosplayer, tetapi juga seorang kreator yang benar-benar mencurahkan waktu dan tenaganya untuk game yang ia cintai.

Di tengah tekanan untuk mengikuti tren dan mencari keuntungan finansial, Clodi tetap teguh pada prinsipnya. Ia memilih untuk tetap setia pada League of Legends meskipun jalan yang ia tempuh tidak semudah kreator konten dari game lain yang lebih populer di Indonesia.

Kisahnya mengajarkan bahwa sukses tidak selalu di ukur dari jumlah penonton atau subscriber, tetapi dari kepuasan pribadi dalam berkarya. Dedikasi dan kecintaan terhadap sesuatu bisa menjadi nilai lebih yang tidak tergantikan oleh popularitas semata.

baca juga. Tanggapan Co-Founder Riot Games Terhadap Laporan “Financial Miss” Arcane!